Rabu, 22 Oktober 2014

Cowok Gentle itu seperti apa sih?



Brrr..!!!
Dinginnya sudah mulai terasa..
Kurasakan pantatku agak panas diboncengan ini, sambil duduk manis kunikmati  keindahan lampu jalan dan bangunan di kota produksi ini,.. Kuperhatikan jam di tanganku sudah menunjukkan pukul sembilan lewat  lima puluh lima. Kuarasakan ada getaran pada nokiaku, aahh… Bang West memanggil..
“Halo Bang…”, kujawab sesopan mungkin.
“Halo, lagi dimana ini?” kudengar sahutan dari seberang.
“Lagi di jalan Bang, bentar lagi nyampe rumah.. nanti Abang telpon lagi ya..” jawabku.
Tut tut tut..
“Inikan sudah jam sepuluh, bukannya besok kamu harus kerja?”, kataku pada Abang sepupu yang memboncengku  sejak pukul delapan lewat lima belas tadi.
“Iya, gak papalah”
“Sudah biasa kok pulang ke rumah jam tiga pagi” katanya datar.
“Masuk kerja jam berapa memangnya?” tanyaku sok perhatian.
“Jam delapan” sahutnya  sambil memperhatikan lampu merah kapan berubah menjadi hijau.
“Kita balik ya” kataku di balik telinganya.
“Ah.. Dang main ho bah (Kamu itu gak gentle banget)”, Ia menertawaiku.
“Kita pulang aja, kawanku mau nelpon”, kataku memberi alasan.
“Katanya dia mau serahkan skripsinya besok, ada yang harus di edit malam ini, kan kasian kalau gak dibantu” tambahku lagi.
“Coba lihat hotel itu”, katanya sambil menunjuk bangunan megah pinggir jalan.
“Pasific Hotel” kubaca nama hotelnya setengah suara.
“Disitu banyak cewek loh Appara (panggilan kompak abang-adik)”..
“Sudah dipajang, Kita tinggal nunjuk aja, mau pilih yang mana untuk kita pakai”, katanya serius.
“Kesitu yuk”, Ia mengajakku.
“Ah, ada ada sajalah Kau ini”, sahutku tegas.
“Atau kesini, disini juga tinggal pilih Appara. Setidaknya harus ada dua juta isi dompet kita”, katanya sambil menunjuk bangunan mirip kapal pesiar besar.
Kubaca nama tempat itu “Nagoya”.
“Ah, na marsahit do ho?! (kamu sakitkah?!)”, sahutku pelan.
“Dia do Appara, dang main ho bah”, Ia mengulangi kalimat itu.
“Sudahlah! Kita pulang saja”, Kukeraskan volume suaraku.

#

Dalam hatiku, “Ikkon songon na nidok nai do haroa asa didok sasahalak jolma i main? (Haruskah Aku meng “iya” kan kalimatnya agar disebut jadi cowok gentle?)”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar